Jejak Gajah Mada di Lamongan
Wilayah Lamongan selatan banyak menyimpan situs-situs peninggalan masa lalu. Salah satunya adalah Kecamatan Modo yang menyimpan situs Sitinggil yang kerap dikenal warga sebagai lokasi bermain Joko Modo, yang kelak dikenal sebagai Mahapatih Gajah Mada.
Camat Modo Ahmad Koerniawan mengakui jika di wilayah Kecamatan Modo banyak situs-situs peninggalan masa lalu yang bahkan menurut cerita tutur masyarakat banyak berhubungan dengan Mahapatih Gajah Mada. Salah satunya yaitu situs Sitinggil yang berada di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo.
“Dinamai situs sitinggil karena memang letaknya yang lebih tinggi dari kawasan di sekitarnya dan lebih dikenal oleh masyarakat sebagai petilasan Joko Modo, nama kecil Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit,” kata Ahmad Koerniawan di sela-sela napak tilas situs bersejarah di Kecamatan Modo, Rabu (24/8/2022).
Sebagai lokasi terakhir napak tilas sejarah, ungkap Koerniawan, situs Sitinggil memiliki luas bangunan sekitar 6×6 meter untuk bagian bawah atau dasarnya dan puncaknya memiliki luas sekitar 2×2 meter dan tingginya sekitar 2 meter. Tempat ini, terang Koerniawan, dari cerita tutur masyarakat adalah tempat masa kecil Gajah Mada bermain dan sebelum menyandang gelar Mahapatih.
“Tempat ini dikenal warga sebagai petilasan Joko Modo, tempat masa kecil Mahapatih Gajah Mada dan ditempat inilah Joko Modo mendapat inspirasi untuk mengabdi di Mojopahit, dengan mengikuti sayembara untuk menjadi prajurit Majapahit,” ujarnya.
Lebih jauh, Koerniawan memaparkan, Sitinggil sendiri adalah sebuah tatanan batu-batu alami yang dibentuk menyerupai sebuah punden berundak, dengan beberapa tingkatan dan bagian puncaknya dapat di tempati sebagai aktifitas semedi atau ritual lainnya.
“Cerita lokal masyarakat Modo seringkali mengidentikkan keberadaan wilayah ini dengan nama besar Patih Gajah Mada sewaktu masih remaja ketika masih tinggal di wilayah ini,” ucapnya.
Menurut Koerniawan, Situs Sitinggil ini sudah termasuk dalam situs cagar budaya yang telah terdata dan dilindungi dan BPCB Jatim juga telah menetapkan juru pelihara untuk situs ini. Situs Sitinggil, kata Koerniawan, adalah bangunan punden berundak masa megalitik yang juga diyakini sebagai tempat Gajah Mada kecil atau Joko Modo menggembala hewan ternaknya.
“Bentuknya memang punden berundak seperti bangunan-bangunan masa megalitik,” jelasnya.
Selain situs Sitinggil, lanjut Koerniawan, napak tilas situs bersejarah di Kecamatan Modo ini juga telah singgah di beberapa tempat lain yang ada di kecamatan dengan jarak sekitar 30 km dari pusat kota Lamongan ini. Tempat pertama, ungkap Koerniawan, adalah sumur dan telaga Dampoe Awang yang ada di Desa Nguwok, makam syekh Hasan Ali di Desa Kedungrejo, Sumur Kembar Lengkir Desa Kacangan, petilasan Empu Seda atau Empu Sidowayah di Desa Pule.
“Situs Sitinggil adalah tempat terakhir dari napak tilas kesejarahan yang ada di Kecamatan Modo ini,” tambahnya.
Napak tilas situs-situs peninggalan masa lalu di Kecamatan Modo ini, papar Koerniawan, sebagai salah satu rangkaian peringatan HUT ke-77 RI dan untuk menggugah kesadaran masyarakat Modo sebagai salah satu wilayah penting dan bersejarah di masa lalu.
“Ini adalah rangkaian peringatan HUT ke 77 RI dan untuk menyadarkan masyarakat Modo bahwa ada banyak situs sejarah di Modo,” ucapnya.
Koerniawan berharap, ke depan desa-desa dimana ada banyak situs sejarah ini akan bisa kembali bangkit untuk semakin maju. Selain itu, situs-situs ini menjadi semakin dikenal luas dan Modo menjadi sebagai salah satu daerah yang dikenal luas dengan peninggalan masa Gajahmada sesuai namanya Modo.
“Kegiatan ini juga untuk mengingatkan akan kejayaan masa lampau kita untuk menuju kejayaan di masa yang akan datang,” pungkasnya.
Sumber Berita :
Baca artikel detikjatim, “Mengikuti Napak Tilas Sejarah Gajah Mada di Lamongan” selengkapnya https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6252710/mengikuti-napak-tilas-sejarah-gajah-mada-di-lamongan.